Permata

Jika ilmu itu sebuah permata, membaca adalah usaha untuk memeperolehnya.

Jumat, 24 Januari 2014

PENINGKAKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI HADIS TENTANG KEBERSIHAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SNOWBALL THROWING



PENINGKAKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI HADIS TENTANG KEBERSIHAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK  SNOWBALL THROWING

Oleh: S. YAHYA SAIFUDIN*)[1]

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah untuk mengetahui bagaimana proses peningkatan memahami materi Hadis tentang Kebersihan siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan dengan Teknik Snowball Trowing serta untuk mengetahui bagaimana hasil peningkatan kemampuan memahami materi Hadis tentang Kebersihan siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan dengan teknik Snowball Trowing
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pemahanan siswa materi Hadis tentang Kebersihan siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan dengan Teknik Snowball Trowing.

Kata Kunci : Teknik Snowball Throwing, Materi Hadis tentang Kebersihan,    Kemampuan memahami.

Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam   merupakan  seperangkat  fakta,    konsep   dan  generalisasi  yang  berkaitan  dengan  perilaku  dan  tindakan  manusia  untuk  membangun  dirinya,  masyarakat,  bangsa  dan  lingkungannya  berdasarkan   pada  pengalaman  masa  lalu  yang   dapat  dimaknai  untuk  masa  kini,  dan  diantisipasi   untuk   masa  yang  akan  datang. Fakta,  konsep   yang  terdapat  dalam   ilmu Agama berfungsi  untuk   mengembangkan  pengetahuan,  nilai, sikap  dan  ketrampilan  peserta  didik  agar dapat  direfleksikan  dalam  kehidupan  masyarakat,  bangsa, dan  Negara Indonesia.
Fakta mengatakan bahwa penyampaian materi dengan cara komunikatif lebih  disukai oleh persertadidik, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik, materi itu kurang dapat dicerna oleh pesertadidik. Fakta diatas terlihat dari pencapaian awal siswa ketika peneliti melakukan pre-test terhadap peserta didik, hasil yang diperoleh siswa hanya 40% yang mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan sisanya 60.% belum mencapai KKM dan rentang nilai antara 55 S.d 70.
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan berkembang pesat.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Snowball Throwing dapat dijadikan salah satu alternatif teknik pembelajaran. Dengan teknik ini memungkinkan peserta didik untuk dapat lebih aktif mengikuti pembelajaran. Keaktifan peserta didik secara langsung akan menaikkan prestasinya.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi materi Hadis tentang Kebersihan siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan dengan Teknik Snowball Throwing.
Methode
Teknik Snowball Throwing (ST) adalah satu teknik pembelajaran kooperatif yang didalamnya mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Penggunaan teknik diawali dengan penjelasan guru tentang materi pelajaran, kemudian siswa diberi kertas agar di kertas tersebut ditulis sebuah pertanyaan. Lalu kertas kertas itu dibuat seperti bola dan dilempar ke siswa lain. Siswa lain yang mendapat lemparan kertas tadi harus menjawabnya. (Yatim Rianto, 2009: 276)
Kelebihan teknik akan memebuat siswa lebih aktif dalam belajar dan melatih keberanian peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara spontan. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara terbuka dan sekaligus jawabannya dapat diketahui oleh peserta didik lain.
Secara umum teknik Snowball Throwing mempunyai karakteristik :
a)      Peserta didik lebih mampu memdengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain.
b)      Peserta didik mampu Mengidentifikasi perasaannya dan perasaan orang lain.
c)      Peserta didik dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.
d)     Peserta didik mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dan saling memahami dan mengerti.
e)      Mampu mengembangkan potensi individu agar dapat berani, kretaif, aktif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasi dan mengoptimalkan kemampuan dirinya. (Sudikin, dkk, 2007: 161).
Langkah-langkah penerapan Teknik Snowball Throwing adalah sebagai berikut :
a)      Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan disajikan.
b)      Setiap peserta didik diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
c)      Kemudian kertas tersebut dilipat atau digenggam sehingga membentuk seperti bola, lalu dilempar dari satu siswa ke siswa lain.
d)     Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
e)      Evaluasi pembelajaran
f)       Penutup.
              Sedangkan setting penelitian ini adalah penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan.  Subyek penelitian adalah siswa kelas IX A  SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan Semester Genap tahun pelajaran 2012/2013 yang jumlahnya 32 peserta didik.  Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu yakni tanggal 2 Januari 2013 sampai dengan 28 Pebruari 2013 semester genap tahun peajaran 2012/2013
Penerapan penelitrian tindakan kelas ini pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan Standar Kompetensi: 9. Memahami ajaran hadis tentang kebersihan. pokok materi hadis tentang kebersihan; Kompetensi dasar : 9.1. Membaca hadis tentang kebersihan, 9.2. Menyebutkan arti hadis tentang kebersihan dan 9.3. Menampilkan perilaku bersih dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang Pembelajaran Menerapkan Model snowball throwing dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Pacitan. Sedangkan data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: Hasil nilai dari data tentang penguasaan materi pokok hadis tentang kebersihan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Untuk memperoleh data, seorang peneliti harus menggunakan tehnik pengumpulan data berupa tes sebanyak dua kali dengan kisi-kisi tes yang sudah disiapkan. Berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, yaitu metode penelitian tindakan kelas (PTK), maka data yang akan diolah adalah hasil tes yang dilakukan.
Suharsimi (2006:223) menyatakan, untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti digunakan tes. Sedangkan alat pengumpulam data yang dipergunakan peneliti untuk mendapatkan data adalah  Soal Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan.
Siklus I
a.         Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini guru mengobservasi penerapan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan. Berdasar hasil pengamatan tersebut guru:
-         Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah,
-         menyusun materi rencana pembelajaran yang diterapkan dalam KBM
-         menyusun skenario pembelajaran,
-         merancang media pembelajaran yang akan dilakukan,
-         menyusun instrumen observasi, dan membuat lembar pengamatan
Setelah hal tersebut jadi, disimulasikan oleh  guru pada kelas yang tidak dikenai perlakukan (diteliti) untuk memperoleh masukan sebagai bahan koreksi.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Guru/peneliti melakukan pengamatan sekaligus menerapkan teknik snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan.
c.       Observasi
Pada tahap ini guru/peneliti melakukan pengamatan terhadap partisipasi siswa, kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran.
d.      Refleksi
Peniliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan pada siklus ke-1. Hasil refleksi tersebut menjadi bahan evaluasi bagi guru/peneliti untuk perbaikan pembelajaran pada siklus ke-2.
Siklus II
a.       Perencanaan Tindakan
Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan berdasarkan dari hasil refleksi pada siklus pertama.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan Pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dari hasil refleksi pada siklus pertama.
c.       Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap aktifitas siswa, dalam proses Pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus kedua.
d.      Refleksi
-       Peneliti melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus yang kedua,
-       Menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan  pembelajaran dengan menerapkan snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Apakah pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan snowball throwing dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami materi atau tidak.
Dari beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam PTK, salah satu model yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart. Model tersebut menggambarkan adanya empat langkah Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4 kemudian kembali pada siklus berikutnya.
Hasil Dan Pembahasan
Sebelum pelaksanaan pada tindakan II, peneliti mengadakan refleksi tentang hasil siklus I dan kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke empat januari 2013. Dalam kesempatan kali ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi terhadap siswa kelas IX A  yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menerapkan teknik snowball throwing dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan untuk meningkatkan prestasi belajar pada siklus I.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti mengambil keputusan sebagai berikut:
1)         Peneliti memberikan materi latihan yang berbeda dengan siklus I tetapi masih dengan menerapkan pembelajaran teknik snowball throwing.
2)         Peneliti mengubah posisi saat mengajar dengan berdiri berpindah-pindah mendekati siswa yang kurang bersemangat, guru sesekali berada di depan siswa dan sesekali berada di belakang maupun di tengah saat pembelajaran tersebut.
3)         Peneliti memberikan penjelasan yang jelas dan benar sehingga anak tidak merasa asing lagi.
4)         Peneliti lebih memerinci tugas dan tanggung jawab siswa, sehingga siswa semakin antusias dalam mengikuti pelajaran.
5)         Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa, dengan memberi semangat saat pembelajaran tersebut.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1)       Peneliti merancang skenario pembelajaran, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Peneliti menjelaskan mengenai materi yang akan diajarkan pada hari itu, siswa menyimak.
b)      Peneliti memberikan contoh pembelajaran sesuai dengan materi berkaitan.
c)      Peneliti melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
2)         Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3)         Peneliti membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran.
4)         Peneliti menentukan instrumen yang sama namun hanya model pelaksanaannya saja yang berbeda.
5)      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan pada Minggu pertama Pebruari 2013  di SMP Negeri 1  Sudimoro Pacitan. Dalam kegiatan ini peneliti menerapkan solusi yang sesuai hasil refleksi siklus 1 untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran  pada  siklus I.
Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus II ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti. Peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi teknik dasar.
2)      Peneliti menjelaskan materi yang berkaitan dengan menerapkan Teknik snowball throwing dan siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.
3)      Peneliti memberi contoh bagaimana cara menerapkan pembelajaran teknik snowball throwing dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok hadis tentang kebersihan dengan waktu yang ditentukan.
4)      Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran tersebut.
5)      Siswa melakukan model pembelajaran yang disampaikan dan dicontohkan oleh peneliti.
6)      Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan model pembelajaran tersebut.
7)      Diakhir pembelajaran, seluruh siswa diberi soal tes yang kedua kalinya oleh peneliti.

Simpulan Dan Saran
Simpulan penelitian ini, dengan menggunakan teknik snowball throwing, peserta didik dapat menjadi aktif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan  Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dengan menerapkan teknik snowball throwing dapat meningkatkan prestasi belajar materi hadis tentang kebersihan mata pelajaran  Pendidikan Agama Islam pada kelas IXA SMP Negeri 1 Sudimoro Kabupaten Pacitan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan kemampuan siswa dengan menerapkan teknik snowball throwing dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada Siklus I = 78% menjadi Siklus II= 93 %, berarti terjadi peningkatan 15%. Dengan perolehan nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan snowball throwing dapat meningkatkan Prestasi Belajar materi hadis tentang kebersihan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
            Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: Bagi Siswa berdasar dari kesimpulan temuan diatas dapat dipergunakan sebagai bahan informasi umpan balik bagi siswa, agar mereka selalu memperhatika arahan dan petunjuk para guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkat prestasinya. Bagi Guru, snowball throwing dapat dipergunakan guru dalam menerapkan teknik yang tepat dalam proses pembelajaran selanjutnya.

Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Rianto, Yatim, 2009, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Suryabrata.2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sudikin, dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.




[1] Guru Pendidikan Agama Islam  SMP Negeri 1 Sudimoro Pacitan

Senin, 24 Desember 2012

KORUPSI VS PORNOGRAFI

Korupsi dan pornografi adalah musuh besar bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Pemberantasan korupsi dan pornografi telah menjadi agenda utama para petinggi negeri ini. Dengan sejuta argumen mereka mengatakan bahwa korupsi dan pornografi harus dihapuskan di atas dunia Indonesia. Tetapi kenyataannya semakin diberantas keduanya semakin subur dan menggurita, mati satu tumbuh seribu.

Mengapa memberantas korupsi sangat sulit sesulit memberantas pornografi ? dan mengapa memberantas pornografi sangat susah sesusah memberantas korupsi ? Ini mungkin yang patut kita renungkan.

Persamaan korupsi dan pornografi :
1. Disenangi hawa nafsu
2. Jalan masuk neraka
3. Pelakunya malu jika ketahuan, dan senang jika tidak diketahui orang
4. Membawa kesenangan sesaat dan kesengsaraan sampai akhirat
5. Selalu dicari orang jika ada kesempatan
6.Sebagian orang ingin memberantas, sebagaian yang lain ingin melestarikan

Menurut anda  bagaimana ? mengapa korupsi dan pornografi semakin menjadi ?


KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR PENDIDIKAN


KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR PENDIDIKAN
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam arti tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka harus didukung oleh tenaga pendidik yang berkinerja baik. Kinerja tenaga pendidik akan bisa ditingkatkan bila didukung dengan adanya supervisi, motivasi dan pemberian bimbingan yang baik.
Kepala sekolah memegang peranan penting terhadap kinerja tenaga pendidik dan juga perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sangat bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus memiliki berbagai persyaratan agar ia dapat menjalankan  tugasnya dengan baik. Masing-masing persyaratan ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah memiliki ijazah, kemampuan mengajar, kepribadian  yang baik serta memiliki pengalaman kerja.
Kepala sekolah harus menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai administrator, karena administrasi sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa sokongan dari kepala sekolah.Selain membuat perencanaan, kepala sekolah juga harus membuat struktur organisasi sekolah dengan baik, dengan tujuan untuk membagi tugas masing-masing anggotanya dan harus bisa menyesuaikan antara tugas dan kemampuannya, sehingga bisa bekerja secara optimal.
Guru sebagai ujung tombak yang utama dalam pendidikan, mempunyai peran mengadakan pembelajaran. Dalam melaksanakan perannya tersebut harus melakukan berbagai kegiatan antara lain merencanakan, menyiapkan, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Supaya guru dapat menjalankan perannya dengan baik, maka guru harus menguasai sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dan bekerja dengan professional. Selain itu juga harus ada pembinaan dan pengawasan yang baik dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru sehingga tercipta suasana pembelajaran yang berkualitas dan pada akhirnya bisa meningkatkan kualitas pendidikan.
Kinerja guru yang kurang professional, seperti diungkapkan oleh Mulyasa, “Dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinnya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya menganggap hal biasa dan wajar.” [1]
Dari latar belakang masalah diatas, sebagian dari tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagi administrator, maka penulis menyajikan makalah dengan judul ”Kepala Sekolah sebagai Administrator Pendidikan”.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis rumuskan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pengertian kepala sekolah?
2.      Bagaimanakah standar kepala sekolah?
3.      Bagaimanakah  kepala sekolah sebagai administrator pendidikan?

C.       TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian kepala sekolah.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah standar kepala sekolah.
3.      Untuk mengetahui bagaimanakah  kepala sekolah sebagai administrator pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Meskipun sebagai guru yang mendapat tugas tambahan, kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah.
Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik, di sini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berarti kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai  tenaga kependidikan dan tenaga pendidik.
Dalam kadar tertentu kepala sekolah sebagai pimpinan sebuah unit kerja, mempunyai peran yang sama dengan unit kerja lainnya. Ia harus dapat memastikan bahwa sistem kerjanya berjalan lancar  dan semua sumber daya yang diperlukan untuk mencapai hasil harus tersedia secukupnya dengan kualitas yang memadai[2].
Namun ketika memperhatikan pasal-pasal pada Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 ternyata para Calon Kepala Sekolah dihadapkan pada penafsiran ganda. Artinya kualifikasi dan kompetensi tersebut bisa diartikan sebagai syarat memasuki wilayah profesi kepala sekolah. Setelah yang bersangkutan diangkat sebagai kepala sekolah maka statusnya sebagai pendidik/guru menjadi lepas. Namun bisa pula ditafsirkan sebagai memperkuat status lama yakni "hanya" seorang guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Jika itu yang terjadi maka sebelah kakinya masih menginjakkan ke wilayah profesi guru, dan sebelah lagi menginjak profesi kepala sekolah.

Secara finansial jabatan kepala sekolah tidak terlalu memberi janji resmi bagi kehidupan yang jauh lebih layak dibandingkan dengan para guru lainnya. Sedikit sekali fasilitas yang disediakan bagi seorang kepala sekolah. Namun sekalipun dengan fasilitas yang sangat minim dalam kenyataannya para guru umumnya berlomba-lomba untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah[3].
Peran utama kepala sekolah adalah peran sebagai pemimpin pendidikan. Kepemimpinan pendidikan harus mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengembang tanggung jawabnya agar kepemimpinan pendidikannya berhasil. Kualitas itu adalah, pertama, kepala sekolah harus tahu persis apa yang diinginkannya (visi). Kedua, kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi,. Ketiga, kepala sekolah harus memiliki karakter tertentu yang menunjukkan integritasnya. Keempat, kepala sekolah harus memiliki sejumlah keyakinan untuk dapat berkinerja sebagaimana yang dituntut baginya yang bersumber dari nilai-nilai agama dan moral yang dianutnya[4].
Seorang kepala sekolah pada hakekatnya adalah pemimpin yang menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi, serta mengarahkan orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

B.  STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Kepala sekolah harus mempunyai kompetensi-kompetensi tertentu yang lebih dibanding dengan guru lain, baik dari segi kepribadian, manajerial, sosial dan segi yang lain. Berikut adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah berdasar PERMEN DINKNAS No 13 tahun 2007 [5]: 
1.  Kualifikasi
Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
a.    Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
b.    Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
c.    Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
d.    Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

2. Kompetensi
a.    Kepribadian
1)    Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,   dan menjadI teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2)    Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3)    Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
4)    Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
5)    Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.
6)    Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b.   Manajerial
1)    Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2)    Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3)    Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
4)    Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
5)    Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
6)    Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
7)    Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
8)    Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.
9)    Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
11) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
12) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
13) Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
14) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
16) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
c.    Kewirausahaan
1)    Menciptakan  inovasi  yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2)    Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
3)    Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4)    Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
5)    Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi / jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
d.   Supervisi
1)    Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
2)   Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3)   Menindaklanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
e.    Sosial
1)     Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2)     Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3)     Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

C.   KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR
Kepala sekolah sebagai administrator menurut Mulyasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah secara spesifik. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia, administrasi kearsipan dan administrasi keuangan.” [6] Kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan cara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.
Lebih lanjut Purwanto sebagaimana dikutip Baharudin dalam buku Manajemen Pendidikan Islam menjelaskan pengertian administrasi pendidikan adalah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personal, spiritual maupun material, yang bersangku paut dengan pencapaian tujuan[7].
Kemampuan-kemampuan kepala sekolah terkait sebagai administrator dapat dijabarkan dalam tugas-tugas operasional berikut: [8]
1.    Kemampuan kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling, adminstrasi kegiatan praktikum dan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar mengajar.
2.    Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan ekstrakurikuler dan penyusunan data admnistrasi hubungan sekolah dengan orang tua dan peserta didik.
3.    Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga guru serta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan seperti pustakawan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah dan teknisi.
4.    Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, pengembangandata administrasi meubeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat kantor (AMK), pengembangan kelengkapan data administrsi buku atau bahan pustaka, kelengkapan data administrsi alat laboratorium, serta pengembangan kelengkapan data administrsi alat bengkel.
5.    Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrsi surat masuk, kelengkapan data administrsi surat keluar, pengembangan kelengkapan data administrsi surat keputusan, pengembangan kelengkapan data administrsi surat edaran.
6.    Kemampuan mengelola administrasi keuangan diwujuudkan dalam pengembangan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, dari pemerintah diantaranya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pengembangan proposal untuk mencari bantuan keuangan dan pengembangan propposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat.
Herk (1994) menyarankan agar kepala sekolah sebagai administrator tidak memandang guru sebagai bawahan, melainkan sebagai teman sejawat.[9]  Sikap dan perilaku administrator hendaknya bisa membuat guru-guru lebih merasa  dihargai dan dihormati kemampuan profesionalnya. Sehingga guru-guru tidak segan menanyakan dan mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya kepada administrator. Komunikasi antar guru dan administrator akan menjadi lancar. Situasi ini akan mempermudah administrator memberi drongan kepada guru-guru untuk meningkatkan prestasi kerja mereka.
Untuk mensukseskan tugasnya, maka administrator hendaknya memiliki ketrampilan sebagai berikut: [10]
1.    Ketrampilan konsep adalah suatu ketrampilan untuk menciptakan konsep-konsep baru baik untuk kepentingan manajemen maupun administrasi sekolah.
2.    Kemampuan manusiawi adalah kemampuan administrator untuk berkomunikasi, membina dan menunjukkan perilaku kepada para personalia sekolah terutama para guru.
3.    Ketrampilan tehnik adalah ketrampilan tentang tehnik-tehnik mendidik, mengajar dan ketatausahaan.
Menurut Purwanto  Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan tugasnya sebagai administrator [11]
Adapun tugas dan fungsi dari kepala sekolah sebagai administrator adalah sebagai berikut:
1. Membuat Perencanaan
Salah satu fungsi utama dan pertama dari kepala sekolah adalah membuat perencanaan. Perencanaan merupakan syarat mutlak bagi setiap organisasi atau kelompok agar dapat berjalan dengan baik. Dalam rangka membuat perencanaan, kepala sekolah paling harus membuat rencana tahunan, dalam rencana tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang berikut ini:
a.     Program pengajaran. Termasuk dalam program pengajaran antara lain; pembagian tugas mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pembelajaran.
b.     Kesiswaan, antara lain; syarat-syarat penerimaan murid baru, pengelompokan siswa, pembagian kelas, pelayanan bimbingan dan konseling dan pelayanan kesehatan.
c.      Kepegawaian, antara lain; penerimaan guru baru, pembagian tugas guru dan pegawai, mutasi atau promosi guru dan pegawai.
d.     Keuangan, mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan.
e.     Perlengkapan, antara lain meliputi; sarana dan prasarana sekolah, rehabilitasi gedung, penambahan ruang kelas dan lainnya.
Perlu diperhatikan oleh kepala sekolah, bahwa dalam membuat perencanaan tersebut, harus diperhitungkan dengan matang, selain itu perencanaan juga harus transparan dan dilakukan dengan musyawarah dengan pegawai, dewan guru dan atau komite sekolah.

2.  Menyusun Organisasi Sekolah
Organisasi mengambarkan adanya pembidangan fungsi dan tugas dari masing-masing kesatuan. Dalam suatu susunan dan struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan, serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kesatuan tersebut. Dengan kata lain, dengan melihat struktur organisasi dapat diketahui bentuk pola hubungan. [12]
Maka dari semua itu, kepala sekolah sebagai administrator pendidikan harus menyusun organisasi sekolah yang dipimpinnya, melaksanakan pembagian tugas dan wewenangnya kepada guru-guru serta pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang telah disusun dan disepakati.
Untuk mmenyusun organisasi sekolah yang baik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.     Mempunyai tujuan yang jelas.
b.     Para anggotanya menerima dan memahami tujuan tersebut.
c.      Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan dan kesatuan pikiran.
d.     Adanya keatuan perintah
e.     Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam organisasi tersebut.
f.       Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan atau bakat masing-masing.
g.     Struktur organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan pengendalian
h.     Pola organisasi hendaknya  relatif permanen.
i.       Adanya jaminan keamanan/kenyamanan dalam bekerja.
j.       Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas tergambar dalam struktur atau bagan organisasi.
3.  Bertindak sebagai Koordinator dan Pengarah
Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan pengarahan dari kepala sekolah. Adanya koordinasi dari kepala sekolah yang baik dapat menghindarkan dari adanya persaingan yang tidak sehat, baik antar personal maupun antar bagian yang ada dalam sekolahan tersebut. Dengan adanya koordinator yang baik maka akan tercipta suasana kekeluargaan, saling tolong menolong dalam mengerjakan tugas, saling membantu untuk menggapai tujuan bersama, baik dalam hal pembelajaran dan administrasi. Dengan demikian, kualitas pendidikan di sekolah tersebut dapat ditingkatkan.
4.    Melaksanakan Pengelolaan Kepegawaian
Kepala sekolah harus dapat melakukan pengelolaan kepegawaian, atau manajemen pegawai, yang meliputi; (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tanaga kependidikan Islam yang diperlukan dengan kuaifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas. [13]
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk sekaran dan masa depan. Penyuusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap danjeas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam organisasi. Oleh karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai dalam suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, perlu dilakukan kegiatan rekruitmen, yaitu usaha usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat.
Selanjutnya diadakan pembinaan dan pengembangan pegawai-pegawai yang sudah direkrut. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan mmeningkatkat kinerja pegawai. Kegiatan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan yang selanjutnya adalah mengusahakan supaya calon tersebut menjadi anggota organisasi yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota organisasi atau lembaga. Setelah pengangkatan pegawai maka akan dialakukan penempatan atau penugasan kepada pegawai tersebut.
Pemberhentian pegawai adalah putusnya hubungan kerja sama antara pegawai tersebut dengan organisasi atau lembaga yang sebelumnya ia bekerja di sana.
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kommpensasi, selain dalam bentuk gaji, dapat berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain sebagainya.
Kegiatan selanjutnya adalah evaluasi atau penilaian dari pelaksanaan fungsi-fungsi yang dikemukakan diatas. Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri.
Ketujuh fungsi manajemen diatas harus dilaksanakan dengan cermat, rapi dan teratur, demi berhasilnya pengelolaan kepegawaian dalam sebuah lembaga pendidikan. Semua hal tersebut tidak terlepas dari kepiawaian dalam manajemen dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dari organisasi sekolah di samping juga adanya kerja sama yang selaras antar pegawai.



BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
1.    Pengertian kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan. Sebagai pemimpin harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi, serta mengarahkan orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.    Untuk menjamin mutu kepala sekolah perlu adanya standar khusus kepala sekolah, yaitu yang menyangkut : kompetensi Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi, Sosial
3.    Peran kepala sekolah sebagai administrator pendidikan, meliputi :
a.    Menyusun atau membuat perencanaan.
b.    Menyusun organisasi sekolah.
c.    Menjadi koordinator dan pengarah.
d.    Melaksanakan pengelolaan kepegawaian.

B.    SARAN
1.    Kepada calon kepala sekolah/madrasah hendaknya memahami apa peran dan fungsi kepala sekolah dan mengerti kompetensi dan syarat lain lain yang menjadi prasyarat kepala sekolah agar setelah menjadi kepala sekolah dapat mengelola pendidikan dengan baik.
2.    Kepada para kepala sekolah: Kepala sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap kemajuan pendidikan, untuk itu semua kepala sekolah/madrasah harus melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebaik-baiknya.
.       





DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan, Yoyakarta: Aditya Media, Jakarta, 1985.
Baharudin, Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam,  Malang, UIN Maliki Press , 2010
http:// litbangkemdiknas.net
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Mulyono, Educational leadership, Malang, UIN-Malang Press, 2009, 69
Purwanto, Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Sulistyorini. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Sekolah Dasar, Jember: CSS, 2008
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF, 2006